Teropongtimeindonesia-Jakarta– salah seorang pengungsi asal Rohingya yang beristrikan orang Makassar “Mohammad Enayatullah” akhirnya terpilih untuk diberangkatkan ke negara ketiga oleh UNHCR Indonesia. Dengan akan diberangkatkannya Enayatullah ke Toronto Kanada menjadi bukti bahwa tidak ada diskriminasi dalam proses resetlenment ungkap Andi Amien Asegaf dari LP3M Indonesia, “semua pengungsi mempunyai kesempatan yang sama dalam proses resettlement” lanjut A.Amien.
![]() |
A.Amien Asgf |
Selama ini ada anggapan bahwa pengungsi yang
beristrikan orang Indonesia tidak akan dapat kesempatan untuk proses resettlement
tidak akan diproses oleh UNHCR, untuk masalah ini saya beberapa kali menanyakan
ke UNHCR Indonesia di Jakarta dan Perwakilan UNHCR Indonesia di Makassar
perihal kemungkinan proses resettlement bagi pengungsi yang sudah terlanjur
menikah dengan orang Indonesia dan pihak UNHCR menjawab itu tidak mempengaruhi
dalam proses resettlement. Jawaban dari UNHCR ini sempat menimbulkan keraguan
bagi saya karena belum ada kasus yang saya liat langsung, ungkapnya. Namun dengan
terpilihnya Mohammad Enayatullah telah menghapus keraguan kita akan integritas
UNHCR yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pengungsi, untuk itu
saya harapkan kesabaran kepada teman-teman pengungsi untuk menunggu giliran berikutnya
yang memang butuh waktu karena mengingat kuota keberangkatan sangat terbatas.
Menurut Andi Amien bahwa Mohammed Enayatullah menderita
penyakit langka yang belum diketahui penyebabnya oleh para dokter ahli di Kota
Makassar,penyakit ini diderita Enayatullah sejak tahun 2015 dan dia sangat menderta atas penyakit yang dideritanya.
Dokter ahli pernah merekomendaskan merekomendasikan untuk berobat ke Austraslia
karena tidak mampu ditangani oleh Dokter di Makassar.
Pengawalan keberangkatan Enayatullah beserta istrinya Ninik
Indrayani dan anak-anaknya ke Jakarta dilaksanakan oleh Rumah Detensi Imigrasi
(Rudenim) Makassar Kanwil Kemenkumham Sulsel. Pengawalan pemindahan ini
dilakukan oleh dua orang petugas, masing-masing dari Rudenim Makassar dan
Rudenim Jakarta.
Mohammad Enayatullah dan adiknya Abdul Ghani sudah
berada di Indonesia sebagai pengungsi sejak tahun 2013, ia bertemu dengan
istrinya pada tahun 2018.
“Karena banyaknya konflik yang terjadi di Myanmar pada
saat itu, saya akhirnya memutuskan pergi. Saya sempat bekerja di Malaysia
sebelum tiba di Indonesia dan menjadi pengungsi. Kemudian bertemu dengan istri
pada tahun 2018, ia yang merawat saya saat saya sakit sendirian.” Ujar Enaya
pada saat diwawancarai petugas.
Sedangkan Ninik, Istri dari Enaya mengatakan bahwa
pertemuan dengan Enaya tidak disengaja. Mereka awalnya bertemu di rumah sakit.
Ninik merawat orangtuanya yang lagi sakit, sedangkan Enaya selalu sendirian di
rumah sakit. Karena itu, Ninik ingin membantu Enaya.
Perkawinan pengungsi dengan WNI memang kerap menjadi
polemik, karena perkawinan mereka tidak mungkin memenuhi persyaratan untuk
dicatatkan oleh negara. Enaya dan Ninik pun memutuskan untuk kawin secara
agama, dari perkawinan tesebut mereka dikarunia dua orang anak sebelum
mendapatkan kesempatan Resettlement.
“Terima kasih Rudenim telah mengawal saya sampai ke
Jakarta. Semoga saya dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik di sana nanti.”
ujar Enaya sebelum check-in di bandara.
Di tempat terpisah, Kepala Rudenim Makassar Alimuddin
mengatakan bahwa resettlement ini cukup langka di mana Istri yang seorang WNI
juga dapat kesempatan untuk mengikuti suaminya Resettlement.
“Ini adalah kasus yang jarang terjadi. Istri dari
pengungsi yang seorang warga negara Indonesia diberikan kesempatan oleh Kanada
untuk mengikuti suaminya Resettlement,” Ujar Alimuddin.
Keberangkatan pengungsi dan keluarganya untuk
pemindahan ini menggunakan Pesawat Garuda GA605 pada hari Rabu tanggal 23
November 2022 Pukul 12.15 WIta dan tiba pada pukul 13.40 Wib.
Sesampainya di Bandara Soekarno Hatta, petugas dan
seluruh pengungsi menuju Rudenim Jakarta untuk dilakukan serah terima
pengungsi. Setelahnya, petugas Rudenim Makassar bersama petugas Rudenim Jakarta
berangkat ke penampungan baru pengungsi, Kost 40 Kuningan Jakarta dan tiba pada
pukul 16.47 WIB.
(Redaksi)
Tidak ada komentar