Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia
Penulis : Ahmad Baso Karaeng Tenreng Sekretaris Umum LAKB, Ketua Umum Toa' Oke' Family dan Generasi Kelima dari I Tolok Daeng Magassing
Bontocinde Panakkukang, 17 Agustus 2025,Seperti kita ketahui bahwa dalam diri I Tolok Daeng Magassing mengalir darah "Pattutturang Tau Rewa", Ayahnya adalah seorang jago silat yang bernama I Kade Daeng Taoke dan tercatat sebagai salah seorang pejuang yang konsisten berjuang mengusir penjajah Belanda, kemudian beliau juga tercatat sebagai Jannang Parangmalengu I (Tumaradekaya Ri Gowa) sezaman dengan Raja Gowa I Mappatunru/ I Manginyarrang Karaeng Lembang Parang Tumenanga Ri Katangka (1816-1825) dan Raja Bajeng ke XVI Kare Mambani (1790-1820)
Awal cerita pasca pelantikan I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Raja Gowa ke XXXIV Sultan Muhammad Husein (1893-1906). Belanda menyodorkan Corte Verklaring (perjanjian pendek) sebagai bagian dari perjanjian Bungaya yang telah mengakui dominasi Belanda di negeri jajahan, akan tetapi, Sultan tak mau menerima apa yang di inginkan Belanda. Justru Sultan Muhammad Husein, telah bangkit menggalang para pemberontak, termasuk kaum pribumi yang di cap oleh Belanda sebagai perampok, salah satunya adalah gerakan perlawanan yang di pimpin oleh I Tolok Daeng Magassing.
Raja Gowa I Makkulau Daeng Serang Sultan Husein setelah di angkat jadi Raja, Ia secara terang-terangan melakukan perlawanan kebijakan Belanda.Ia banyak mendukung dan mensuplai berbagai kebutuhan terhadap semua gerakan yang menentang Belanda, termasuk I Tolok Daeng Magassing kemudian I Tolok Daeng Magassing kemudian di beri senjata dan amunisi, serta berbagai kebutuhan logistik dalam rangka memperlancar perlawanan terhadap tentara Belanda...
Pada bulan Juni 1915, I Kitti Pattalallo dan Karaeng Manjalling mengadakan pertemuan dengan I Tolok Daeng Magassing di manuju. I Tolok Daeng Magassing bersedia memenuhi permintaan I Macang Daeng Barani. Untuk itu, diberi dukungan, senjata dan amunisi. Di lanjutkan dengan pertemuan kelompok I Tolok Daeng Magassing, Regen Tanralili dan para pengikutnya, kepala kampung Bontoparang, Tassese, Mangepong, Kunjunglata, Parangloe, dan sejumlah bangsawan dan beberapa kampung lainnya. di perkirakan sekitar 100 orang hadir...
Dalam pertemuan tersebut, di sepakati I Tolok Daeng Magassing sebagai pemimpin perlawanan terhadap Belanda. kemudian I Tolok Daeng Magassing di beri hak untuk menguasai sebagian ornamen Kerajaan Bajeng (badik Ta'bule'leng) sebagai tanda pengabsahan. Upacara penjemputan ornamen tersebut secara adat.
Salah satu pemimpin perjuangan di Sulawesi Selatan dari Polongbangkeng yakni Ranggong Daeng Romo banyak terinspirasi dari model perjuangan I Tolok Daeng Magassing, karena ketika I Tolok Daeng Magassing berjalan sekitar Ko'mara sering singgah bersilaturahmi ke rumah orang tua dari Ranggong Daeng Romo yakni Mangulabe Karaeng Kio Gallarrang Moncong Komba, dari seringnya I Tolok Daeng Magassing ke rumah orang tuanya hal inilah yang menginspirasi dari Ranggong Daeng Romo untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda...
Satu satunya pejuang di Sulawesi Selatan yang membuat Belanda pusing dan kehilangan cara untuk memberantas perlawanan dari I Tolok Daeng Magassing, oleh Belanda di buatkanlah rel kereta api dari makassar sampai takalar sejauh kurang lebih 40 km namun hal ini kemudian membuat Belanda mengalami kerugian besar, bahkan setiap kereta api belanda tersebut lewat daerah Kalokko Boka maka kereta api tersebut di ledakkan menggunakan dinamit semua orang Belanda dan kroninya terpental dan banyak meninggal dunia, semua amunisi dan senjata berikut logistik di rampas dan di bawa lari.
Adapun akhir dari Perjuangan I Tolok Daeng Magassing beberapa kali di kepung oleh tentara Belanda dan antek anteknya namun masih berhasil lolos, tetapi semua bentuk perlawanan dan perjuangan yang di lakukan oleh I Tolok Daeng Magassing berakhir dalam sebuah pengepungan di daerah Kalampa Polongbangkeng, hal ini disebabkan karena adanya pengkhianatan dari orang kepercayaannya yakni I CAMANGGO sekitar tahun 1917.
Sumber Sejarah I Tolok Daeng Magassing Si Pitung Dari Tanah Mangkasara')
Mengenang kembali I Tolok Daeng Magassing Pimpinan Perlawanan Terhadap Penjajah Belanda Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup tetapi kamu tidak menyadarinya."
QS Al-Baqarah 2 : 154
Tau tabbalak julu borikku
Julu sirik julu pacceku
Teako amma'ring mabboko
Katojeng lani paenteng
Bundu' lani pattarukang
Anne kamma
Kanionjokmi ulungta
Nilissarak batang kalengta
Nipelak katauanta
( I Tolok Daeng Magassing)
@Ahmadtenreng
Tidak ada komentar