Oleh : Ahmad Baso Karaeng Tenreng
"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya."
QS Al-Baqarah 2 : 154
"Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, 'orang yang mendapat derajat syahid ada lima jenis, yaitu (1) korban meninggal karena wabah tha'un (2) korban meninggal karena sakit perut (3) korban tenggelam,(4) korban reruntuhan, dan (5) orang gugur di jalan Allah."
HR Bukhari dan Muslim.
I Tolok Daeng Magassing terlahir dari seorang petani sekaligus jago silat yang bernama I Kade Daeng Taoke dan Ibunya bernama I Menge Karaeng Bainea, lahir pada (1875) dan tinggal di kampung Parapa desa Pakkabba Kec Galesong Utara Kab Takalar, bersebelahan dengan Desa Tinggi Mae Kec Barombong Kab.Gowa...I Kade Daeng Taoke, tercatat sebagai Jannang Parangmalengu yang Pertama dan beliau pula yang menjadi sebab munculnya istilah Tumaradeka Ri Gowa, Teai Ata Teai Tongi Karaeng, Tani Pabinting Tani Palembara'. Sumber sejarah Lontarak Patturioloang dengan Tutur...
Awal mula munculnya nama I Tolok Daeng Magassing pada saat sesudah pelantikan I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang Sultan Muhammad Husain Raja Gowa ke XXXIV, pada saat pelantikan Belanda menyodorkan Corte Verklaring (Perjanjian pendek) sebagai bagian dari Perjanjian Bungaya yang telah mengakui dominasi Belanda di negeri jajahan.akan tetapi Sultan tak mau menerima apa yang
di inginkan Belanda. oleh karena Raja Gowa semakin terdesak maka di panggillah ke istana kerajaan Gowa I Tolok Daeng Magassing Tau Rewana Parapa, kemudian Raja Gowa bertanya kepada I Tolok Daeng Magassing," Antekamma Anne Daeng Magassing Kanabetamaki anne Balanda, Maka Inai akkulle Angngewai Balandaya, Inakkepa Karaeng Ka Teaja Nakke Najaja Balanda...
Karena pembangkangan yang di lakukan oleh Raja Gowa, maka pada tanggal Oktober 1905, pasukan Belanda mulai bergerak dari Pompanua di bawa pimpinan Kapten De Grave masuk melalui Camba menuju Makassar dan sebagian pasukan di kerahkan menuju Galesong, kemudian pada 15 Oktober 1905 Gubernur jenderal Belanda Johannes Benedictus Van Heutsz, mengirim surat ke Raja Gowa agar segera menghadap . Namun Sultan Muhammad Husain tahu betul, bahwa panggilan Belanda menghadap tak lain adalah sebuah perangkap untuk menangkap dirinya.
"Salah satu tokoh pejuang dari Polongbangkeng Takalar yakni Ranggong Daeng Romo mengaku banyak terinspirasi dan belajar dari I Tolok Daeng Magassing."
Suatu saat I Tolok Daeng Magassing pergi bertamu ke rumah Mangulabbe Karaeng Kio, kedatangan I Tolok Daeng Magassing mendapat sambutan baik dari Karaeng Kio. ia di beri makan dan minum kopi, setelah usai makan sambil duduk-duduk di depan rumah menikmati suguhan kopi. I Tolok Daeng Magassing juga di temani oleh anak laki-laki Karaeng Kio bernama Ranggong Daeng Romo, tiba-tiba ada tentara Belanda yang mengintimidasi rakyat kecil. I Tolok Daeng Magassing melihat peristiwa tersebut, tidak tinggal diam. Ia lalu menghampiri rakyat yang terintimidasi itu, lalu memberikan perlawanan membela rakyat.
Terbunuhnya I Macang Daeng Barani oleh pasukan Belanda membuat dukungan beberapa bangsawan mengalir kepada kelompok yang di pimpin oleh I Tolok Daeng Magassing, apalagi setelah bergabungnya dua orang pejuang dari Kerajaan Bajeng, I Basareng dan I Rajamang, bukan hanya kekuatan yang bertambah, Tapi trio pendekar ini sepakat untuk meningkatkan serangan. termasuk rencana meledakkan rel kereta api dan lokasi yang di pilih adalah daerah Kalokko Boka karena jauh dari permukiman warga dan ketika kereta tersebut meledak dan tentara Belanda yang berada di dalam kereta terbanting ke tanah,maka semua logistik yang di bawa di rampas dan senjatanya juga di rampas, kemudian setelah semuanya selesai maka secepatnya mereka melarikan diri masuk ke hutan hutan untuk bersembunyi...
Puncak gerakan dari I Tolok Daeng Magassing dan kawan-kawannya pada 1914-1917 M semua pos-pos pajak pemerintah Hindia Belanda di jarah di rampok demikian pula dengan orang-orang pribumi yang pro Belanda di jarah di rampok, hasil dari rampokan dan jarahan tersebut kemudian di bagi bagikan kepada masyarakat pribumi yang sangat membutuhkan logistik,. hal inilah yang menyebabkan provokasi yang di lakukan oleh Belanda bahwa apa yang di lakukan oleh I Tolok Daeng Magassing dan kawan-kawannya sangat meresahkan masyarakat kecil dan pemerintah Belanda,. tetapi sebagian besar masyarakat kecil dan para bangsawan, Karaeng, raja justru mereka mendukung gerakan yang di lakukan oleh I Tolok Daeng Magassing dan kawan-kawannya bahkan mereka menganggap bahwa I Tolok Daeng Magassing dan kawan-kawannya adalah Penyelamat dan Pahlawan bagi mereka...
Akhir Petualangan I Tolok Daeng Magassing, merasa kewalahan menghadapi pasukan I Tolok Daeng Magassing Belanda kemudian mendatangkan 7 kompi pasukan dari Batavia untuk memburu pasukan I Tolok Daeng Magassing yang ada di hutan. Akhirnya tempat persembunyian dari I Tolok Daeng Magassing bisa di temukan oleh tentara Belanda karena adanya salah satu anggota dari I Tolok Daeng Magassing yang berhianat yang bernama I Camanggo, I Tolok Daeng Magassing bersama dua rekan rekannya I Basareng dan I Rajamang di tangkap oleh tentara Belanda, walau I Tolok Daeng Magassing melakukan perlawanan tetapi semua itu hanya Sia-sia, karena jumlah pasukan Belanda lebih banyak,lagi pula mereka sudah di kepung empat penjuru.
I Tolok Daeng Magassing dan kawan-kawannya sudah pasrah dan ini merupakan akhir perjalanannya sebagai seorang pejuang pembela rakyat kecil. Dalam kata-kata akhir I Tolok Daeng Magassing menyebutkan :
Narapimi jeknek kallonga
Anraiki tabattu
Kalauki tanrapik
Naik takkulle ribba
Naungki Ki katambungang
Akkioki tena tullangngerek
Assangoki sanging tubuta
Patanro lima lani pattaggalli
Patuddang bangkeng jeknek taena bukunna
Taggala sekre-sekrea
Tenamo tungngarimanang
Artinya :
Takdirku sudah sampai
Ke timur tak sampai
Ke barat juga tak sampai
Ke atas tak bisa terbang
Turun bisa tertimbun
Memanggil tidak ada yang mendengar
Minta tolong tak ada yang lihat
Tengadah tangan tak ada pegangan
Hentakkan kaki tak ada kekuatan
Pegang tali Allah
Tidak ada lagi yang berbelas kasihan
Sebagai anak cucu dari I Tolok Daeng Magassing yang tergabung dalam Rumpun Keluarga Toa' Oke' Family berharap ke depan ada apresiasi dan penghargaan dari pemerintah sebagai wujud nyata atas dedikasi dan pengorbanan yang telah di persembahkan oleh I Tolok Daeng Magassing untuk Indonesia Merdeka, dengan satu tekad dalam hatinya " Lappassamma Nakke Ammayuk Kale Kale Kabayao Sibatuja." I Tolok Daeng Magassing
Penulis : Ahmad Baso Karaeng Tenreng
Sekretaris Umum LAKB dan Ketua
Umum Toa' Oke' Family (Generasi
Kelima Dari I Tolok Daeng
Magassing )

Tidak ada komentar