Teropongtimeindonesia.com-Makassar- Rapat dengar pendapat DPRD
Provinsi Sulawesi Selatan yang membahas tentang pengungsi Rohingya berlangsung
alot kemarin Kamis, 27 Agustus 2020. Acara ini berlangsung mulai pukul 14.00
Wita. Dalam rapat yang di pimpin oleh
Ketua Komisi E H.Ince Langke yang juga dihadiri oleh para anggota dewan
dari komisi E, perwakilan Gubernur Sul-Sel, Ketua FUIB Ust.Muchtar Dg Lau ketua perwakilan UNHCR
Makassar Yance Tamaela, Forum Peduli Rohingya Irfan Abd Gani, dan Ketua LP3M
Andi B.Amien Assegaf dan perwakilan warga Rohingya.
Dalam RDP tersebut pengungsi
Rohingya melalui perwakilannya Ust Nur Islam mengadukan UNHCR yang telah
melakukan tindakan diskriminasi terhadap pengungsi Rohingya, pengungsi Rohingya
yang rata-rata telah 10 tahun menjadi pengungsi tidak mendapatkan perlakuan
yang adil dari UNHCR, walaupun mereka telah lama jadi pengungsi namun mereka
tidak juga di kirim ke Negara Ketiga sebagai tempat penempatan bagi pengungsi. Perlakuan
berbeda diberikan kepada pengungsi dari Negara lainnya sebagai contoh adalah
pengungsi dari iran, mereka tidak perlu berlama-lama karena hanya butuh waktu 2
atau 3 tahun jadi pengungsi mereka sudah di kirim ke Negara Ketiga.
Dalam rapat tersebut Yance Tamaela
mendapat teguran keras dari Ketua Komisi E DPRD Sul=Sel H.Ince Langke, Yance
dianggap tidak becus dalam menyampaikan data real yang ditanyakan anggota dewan
padahal seharusnya yance sebagai Kepala Perwakilan UNHCR seharusnya mempunyai
data yang valid, sepertinya memang Yance sengaja menyembunyikan data-data yang
ditanyakan karena takut ketahuan bagaimana perlakuan diskriminasi yang ia
lakukan terhadap warga Rohingya. Seperti ketika ditanyakan berpa jumlah
pengungsi Rohingya berapa orang pengungsi Rohingya yang telah dikirim ke Negara
ketiga Yance menjawab dia tidak punya data, padahal yang diberi wewenang oleh
PBB mengirm pengungsi ke Negara ketiga adalah
UNHCR jadi tidak masuk akal Yance sebagai kepala perwakilan UNHCR Makassar
tidak tahu berapa orang pengungsi Rohingya, atas jawaban tersebut membuat Yance
mendapat teguran yang keras dari pimpinan rapat H.Ince Langke “saudara ini
tidak becus dalam bekerja masa anda tidak punya data jumlah pengungsi Rohingya
yang telah di kirim ke Negara Ketiga” demkian teguran dari pimpinan rapat.
Nampaknya memang banyak hal yang
dirahasiakan oleh Yance yang mungkin takut diketahui kerena banyaknya pengungsi
Rohingya yang hadir yang rata-rata sudah emosi mendengar pemaparan Yance yang
dianggap penuh kebohonga oleh pengungsi Rohingya yang hadir. Hal yang cukup
menjadi sorotan pada saat rapat ketika pipinan rapat menanyakan tentang kriteria
apa yang dijadikan dasar oleh UNHCR dalam mengirim pengungsi ke negara ketiga, yance
menjawab bahwa kriteria untuk dapat dikirim kenegara ketiga adalah berdaarkan
kerentangan yang dimiliki oleh setiap pengungsi dan yang sakit, atas jawaban
tersebut pimpinan rapat menyatakann jawaban Yance penuh kerahasiaan khususnya
masalah kerentangan ketika Yance disampaikan data 15 orang Rohingya yang sakit
keras dan perlu penanganan medis ke Negara ketiga maka Yance dengan gugup tidak
bisa memberikan jawaban yang jelas, yance hanya menyatakan bahwa dia tiap
minggu mengunjungi pengungsi, pernyataan ini langsung dipotong oleh pengungsi
yang bernama Robi bahwa itu tidak benar.
Sementara itu Ust Muchtar Dg lau
Ketua Forum Umat Islam Bersatu dalam tanggapannya menyatakan bahwa bahwa sudah
berulang-ulang masalah Rohingya di bahas di DPR Sul-Sel dan jawaban Yance
selalu begitu, Dg Lau menyatakan UNHCR sangat jelas memperlakukan pengungsi
Rohingya dengan tidak adil, UNHCR telah mendzolimi orang2 Rohingya, pernyataan Yance
jelas sangat mencurigakan dan penuh kebohongan jangan sampai masyarakat dan
pengungsi lepas kendali yang bisa berakibat menimbulkan masalah besar UNHCR di
Makassar seperti diusirnya UNHCR dari Makassar. Rapat tersebut ditutup dengan
pemaparan Andi Amien Assegaf yang membantah semua pernyataan dari yance, Andi menyatakan
bahwa dia sudah ke UNHCR Jakarta dan UNHCR Jakarta menyatakan bahwa urusan di Makassar
pak yance yang tahu sedangkan di sini Yance mengatakan bahwa semuanya yang tahu
Cuma UNHCR Jakarta jadi yang mana yang benar saling melempar tanggungjawab, dan
mengenai kerentangan justru pengungsi Rohingya yang paling rentang disbanding pengungsi
lainnya karena kalau pengungsi Negara lain umumnya mempunyai paspor motifnya
jadi pengungsi adalah motif ekonomi karena ingin cari pekerjaan di Australia,
New Zaeland atau Canada berbeda dengan Pengungsi Rohingya mereka adalah korban
genocida di negaranya. saya sudah menemui pihak kedutaan Australia, Canada, New Zealand dan juga menyurat secara resmi agar bisa menerima pengungsi Rohingya dan mereka semua siap juma mekanismenya harus melalui UNHCR sebagaimana aturan yang dibuat oleh PBB, untuk itu saya mohon pada pak Yance agar bekerja dengan jujur dan jangan diskriminatif pada pengungsi Rohingya, demikian Andi Amien menutup pembicaraan.
Tidak ada komentar