Opini Religi Sorotan

Masjid Ditutup: Indonesia, Turkey Jilid Dua

Juli 04, 2021
0 Komentar
Beranda
Opini
Religi
Sorotan
Masjid Ditutup: Indonesia, Turkey Jilid Dua
Oleh : Abdurrahman Lubis
Ketika safari dakwah ke Turkey, kami menyempatkan datang ke Syprus. Negeri yang bagian selatannya di bawah Turkey dan di Utaranya masih dijajah Yunani.
Di Turkey Utara, mayoritas gereja sudah ditinggalkan jemaatnya.
Di sana hanya ada satu azan, yang direlay secara sentral dari siaran Radio nasional, seakan masjid cuma satu. Tapi kalau iqomah, dilakukan oleh masing masing gereja (baca: gereja yang sudah jadi mesjid).Setiap jamaah yang mau solat datang dan bikin shaf dadakan, selesai solat beresin lagi seperti biasa.  Seakan gereja itu masih berfungsi, karena ornamen dan bentuknya tidak boleh diubah. Demi toleransi Antar umat beragama. 
Di beberapa masjid yang kami kunjungi dan tempat iktikaf , di Istanbul, hampir semua ada makam ulama atau imam mesjid yang dibunuh oleh rezim Kemal At Tarturk,  pemerintah yang liberal dan komunis. Di satu pasar yang tak jauh  dari mesjid, pagi2 kami sudah diajak makan di warung gratis. Setiap orang diajak makan, selesai makan diajak solat ke mesjid. Saya tanya, dari mana biayanya ? Mereka jawab, "kami patungan fii sabilillah".
Masya Allah. 
Setelah itu kami berkunjung ke satu mesjid yang tak jauh dari kampung antoqiyah.
Tempat Nabi Ibrahim alaihi salam dilempar dengan ketapel raksasa. Akhirnya masuk ke dalam api, ternyata Allah kirim kepingan surga Firdaus.
Raja Namrut yang zalim menyangka Ibrahim alaihi salam sudah binasa..
Kematian Namrut pun sangat hina dan mengenaskan, begitu juga kematian Kemal At Tarturk, kena penyajit terkutuk, yang saat itu belum ada obatnya. Kemal sempat menutup seluruh mesjid dan tidak boleh azan.Sekali waktu di perjalanan ia mendengar suara azan, lalu diperintahkannya agar petugas membakarnya.
Bahasa arab diganti bahasa Turkey. Bahkan anak2 yang memakai jilbab dipenjarakan dan mardrasah2 ditutup. Tidak boleh belajar figih dan akidah, juga bahasa arab. Di zaman Erdogan hal itu dikembalikan. Seorang Mufti yang sempat saya temui, mengatakan perjuangan Erdogan sangat mendasar, yakni mengembalikan  Turkey seperti di era Usmaniyah.
Sekarang
Mesjid penuh, sebelum azan dikumandangkan mesjid sudah penuh. Solat subuh seperti solat jumat.
Zakat dimajukan setiap bulan Sya' ban. Tidak menunggu Syawal. Amil zakat jemput bola, bukan menunggu di mesjid. Sehingga antisipasi sebelum nisab, sudah bayar zakat. Dari hasil infaq dan zakat bisa membangun 100 mesjisd mewah setiap tahun, dan membantu ke luar negeri. Ada 2.5 juta anak terlantar/yatim piatu dari Suriyah sebagai korban perang yang ditampung Erdogan dan dikasi makan serta pendidikan di mesjid2.
Waktu Erdogab dikudeta saingan politiknya, ia sedang berlibir di luar kota. Ia cukup menelpon ke Dewan Mesjid Turkey utk mengerahkan jemaah ke Istana. Hanya 18 jam,   kudeta itu gagal, dan istana kembaki ke Erdogan. Tanpa tentara tanpa pasukan, hanya dengan kekuatan jemaah mesjid.
Waktu kami mendarat di airport   Istanbul, sejumlah petugas membuntuti ke mesjid di tempat kami iktikaf. Mereka pikir kami dari ISIS yang penampilannya mirip. Teman2 sudah ketakutan, saya bilang "tenang, mereka hanya bertugas".
Setelah saya ajak berbincang ternyata mereka sedikitpun tidak menggolongkan kami teroris dan kelompok radikal. Hanya mereka ingin mengamankan, jangan sampai ada yang menyalah gunakan dengan menyusup ke dalam jamaah. Persis seperti intelijen di Jepang, mengikuti kami dan jemaah dibimbing ke mesjid2 yang dituju. Mereka sudah dapat informasi ada jamaah, berapa orang dan tujuannya ke mana.
Kami dibimbing sampai ke Nagoya, Nagano, Tokyo.
Negeri2 yang menerima jemaah senantiasa berkah, seperti Inggeris dan Prancis. Inggeris kini sudah 3000 mesjid dan tiap mesjid ada madrasah tahfiz al Quran. Waktu saya balik dari Jepang, meneruskan di Hongkong dan ke Macao. Di Macao yang penghasilan negaranya 90 persen dari minuman keras, judi dan perempuan, hanya ada satu mesjid.
Tapi, imamnya adalah anak muda dari London yang hafiz quran. Setiap tahun Inggeris menerima muallaf 30 sd 35 persen. Yang melakukan dakwah ke rumah rumah adalah jamaah tabligh dari India, Pakistan dan Bangladesh.
Ratusan gereja sudah tutup dan dilelang oleh negara karena tak ada jemaatnya.
Apa kabar Indonesia ? Akankah jadi Turkey jilid dua ..?
Jangan tanya presiden dan Menteri agama, tapi tanyalah diri sendiri..
Masihkah mau berpangku tangan jadi penonton,
atau berjuang.....?

Penulis,
Pemerhati Keislaman

(Tak suka berpangku tangan).

Artikel ini dishere ke 120 grup WA 30.000 members 24 negara yang pernah dikunjungi penulis, ladang amal bagi yang meneruskan, tidak komersil dan fii sabilillah...

Tidak ada komentar