Teropongtimeindonesia -Jakarta - Pemprov
DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Surat
Rekomendasi Pemugaran Gedung Indoor Multifunction Stadium (IMS) di Kawasan
Situs Cagar Budaya Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Kepala Dinas
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, surat
rekomendasi tersebut diterbitkan atas permohonan pengelola Kompleks Gelora Bung
Karno dan rencana pembangunan gedung telah melalui proses sidang bersama Tim
Sidang Pemugaran Provinsi DKI Jakarta.
"Melalui berbagai masukan dan saran dalam sidang dari para ahli yang
memiliki kompetensi di bidang pelestarian, kami mengupayakan desain akhir
Gedung IMS GBK yang dirancang dapat tetap sesuai dengan bangunan cagar budaya
pada kawasan tersebut," ujar Iwan Sabtu (8/1) di Kantor Dinas Kebudayaan
Provinsi DKI Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut, Iwan menerangkan, pemugaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
ruang dalam memfasilitasi kegiatan olahraga cabang bola basket. Selain itu,
sebagai upaya pelindungan bagi bangunan-bangunan Cagar Budaya, Diduga Cagar
Budaya, ataupun bangunan yang berada di kawasan pemugaran agar setiap proses
pemugaran dan pengembangannya tetap sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian.
Pembangunan Gedung IMS ini dirancang oleh arsitek Ir. Widharko dengan konsep
desain terinspirasi dari kerajinan tangan anyaman keranjang, sebuah produk seni
budaya Indonesia yang erat dengan aspek kehidupan bangsanya. Prinsip anyaman
yang saling bertumpang dan bertumpuk diabstraksikan menjadi bentuk massa
bangunan berlapis dengan variasi pola yang unik, merepresentasikan ‘spirit of
craftsmanship’. Di sini, konteks menjadi pertimbangan utama dalam proses
desain agar dapat menjadi selaras dengan sekitarnya.
Rencananya, Gedung IMS akan dibangun di barat laut Kawasan Situs Cagar Budaya
Kompleks Gelora Bung Karno atau di timur Gedung Hall A Basket. Pembangunan ini
merupakan proyek stadion multifungsi yang dirancang dengan standar
internasional melalui pendekatan ‘sikap’ yang mengadaptasi bahasa arsitektur
sekitar.
"Sebagai bangunan dengan fungsi baru pada kawasan tersebut, Gedung IMS GBK
diharapkan dapat menjadi ruang publik yang baru untuk memenuhi kebutuhan fungsi
dan sekaligus dapat menikmati eksistensi kawasan yang bersejarah serta bernilai
tinggi tanpa mengurangi rasa hormat terhadap sekitarnya," imbuh Iwan.
Sebagaimana diketahui, Kompleks Gelora Bung Karno telah ditetapkan sebagai
Cagar Budaya sesuai dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sejarah Kawasan Situs Cagar Budaya Kompleks
Gelora Bung Karno dimulai ketika Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah Asian
Games ke-4 yang diselenggarakan pada tahun 1962. Pembangunan tersebut dilandasi
keinginan Bung Karno untuk menjadikan Jakarta sebagai mercusuar dari
negara-negara berkembang. Pada saat itu, Jakarta belum memiliki kompleks
olahraga yang baik untuk dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
olahraga.
Mulanya, lokasi yang dipilih sebagai kompleks sarana olahraga baru di Jakarta
berada di daerah Bendungan Hilir. Namun, rencana tersebut tidak disetujui oleh
Gubernur Soemarno. Presiden Soekarno mempunyai gagasan agar pembangunan sarana
olahraga ini tidak jauh dari pusat kota. Soekarno bersama dengan Frederich
Silaban mencari lokasi dan menetapkan Senayan sebagai lokasi yang akan dibangun
kompleks olahraga. Dahulunya, Senayan adalah area perkebunan dan permukiman
warga yang akhirnya direlokasi dan dipindahkan ke daerah Tebet.
Pembangunan kompleks olahraga Gelora Bung Karno dimulai pada 8 Februari 1960
yang ditandai dengan memancangkan tiang pertama pembangunan Stadion Utama
Senayan oleh Soekarno. Indonesia mendapatkan bantuan pinjaman dari Uni Soviet
sekitar 12, 5 juta dollar. Selain itu, Uni Soviet juga membantu dengan
mengirimkan para arsiteknya dan bahan-bahan bangunan. Arsitek-arsitek dari
negara lain, seperti Jerman, Hongaria, Swiss, Perancis, dan Jepang juga ikut
membantu. Bangunan yang dibangun pada Kompleks Gelora Bung Karno yaitu:
1. Istora Senayan, 20 Mei 1961,
2. Stadion Renang, Desember 1961,
3. Stadion Tenis, akhir Desember 1961,
4. Stadion Atletik, Mei 1962,
5. Perkampungan Atlet, Mei 1962, dan
6. Stadion Utama, 24 Agustus 1962.
Rancangan awal kawasan GBK menerapkan prinsip ‘cardinal points’, di mana
Stadion Utama GBK adalah titik pertemuan dari delapan poros utama yang menghubungan
berbagai stadion/sarana olahraga di Kawasan tersebut. Pembangunan Stadion Utama
GBK, dirancang oleh Frederich Silaban dan hasil berkolaborasi dengan engineer
dari Uni Soviet untuk mewujudkan stadion dengan rancangan atap ‘Temu Gelang’.
Bidang atap selebar 65 meter memutar hingga bertemu satu sama lain membentuk
lingkaran raksasa berupa gelang adalah salah salah satu bentuk atap yang
termahsyur pada jamannya. Manifestasi ambisi Soekarno untuk hal harkat dan
martabat bangsa Indonesia, bagian dari ‘Nation and Character Building’. Bangku
stadion ini menggunakan bahan kayu jati yang mampu menampung 100 ribu penonton.
Edwin Asmara
Tidak ada komentar