Teropongtimeindonesia – Surabaya- Forkopimda Jawa Timur terus berupaya melakukan penelusuran pada rantai pasok minyak goreng, yang berdampak pada kelangkaan dipasaran. Hal ini dilakukan dengan mendatangi PT Wilmar Nabati Indonesia, salah satu produsen minyak goreng di Gresik, Senin (7/2/2022).
Pasalnya, hingga saat ini ketersediaan pasokan minyak
goreng di lapangan masih menjadi kendala. Selain itu, masih banyak dipasaran
atau gerai-gerai pertokoan yang menjual minyak goreng di atas Harga Eceran
Tertinggi (HET).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, didampingi
Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Nurchahyanto dan Kapolda Jatim Irjen Pol Nico
Afinta berkunjung ke pabrik minyak goreng di Gresik. Disini secara khusus
Gubernur Khofifah bertanya langsung dengan produsen minyak goreng, termasuk menanyakan
apa yang menjadi kendala dari sisi produsen, sehingga berdampak pada pasokan
komoditas minyak goreng di pasaran, khususnya di wilayah Jawa Timur.
“Beberapa kali saya sampaikan masalahnya sejauh ini
adalah terkait rantai pasok minyak goreng. Saya sempat cek pasar, belakangan
ini ritel moderen banyak yang tidak dapat suplai, bahkan sampai seminggu tidak
ada suplai,” ujar Khofifah.
“Maka saya bersama Kapolda dan Pangdam datang kemari,
dalam rangka ingin memastikan kondisi dari produsen bagaimana, nah ternyata
produksinya berjalan seperti sedia kala,” ucapnya.
Menurut Khofifah, ketika di pasar ritel atau pasar
moderen ada kelangkaan, pasti ada rantai pasoknya yang bermasalah, atau disebut
dengan missing link.
“Missing linknya ini di mana, apakah di distributor
atau dimana. Maka kita punya kewajiban untuk bisa mengamankan kebijkaan
Presiden yang ingin menguatkan daya beli masyarakat dengan HET minyak goreng
adalah Rp 11.500 per liter untuk curah, Rp 13.500 untuk yang kemasan biasa dan
Rp 14.000 untuk yang premium,” paparnya.
Menurut Khofifah, masalah dalam rantai pasok ini lebih
pada sektor distribusinya. Sebab ketika di pasar ritel dan toko moderen
cenderung langka dan tersendat, namun di toko-toko kecil maupun di pasar,
produk minyak goreng ini ada namun dengan harga yang jauh di atas HET.
Lanjut Khofifah menjelaskan, data dari Pemprov Jatim,
kebutuhan minyak goreng masyarakat Jawa Timur adalah 59 ribu ton per bulan.
Sedangkan kapasitas produksi pabrik-pabrik minyak goreng di Jatim, per bulannya
adalah 62 ribu ton. Seharusnya masih ada surplus sebesar 3 ribu ton setiap
bulannya, dalam pemenuhan kebutuhan minyak goreng warga Jatim.
“Yang kita harapkan dari proses ini kita bisa
mendapatkan kepastian rantai pasok, sehingga sampai ke konsumen minyak goreng
bisa dijual sesuai HET yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” pungkas
Khofifah.
Fitrie
Tidak ada komentar