Teropongtimeindonesia-Jakarta - Dittipidkor Bareskrim Polri terus melacak aliran dana dari kasus dugaan korupsi pengadaan barang atau jasa pembangunan infrastruktur Gigabit Passive Optical Network (GPON) oleh PT Jakarta Infrastruktur Propertindo (JIP) pada 2017-2018. Polisi menyita aset sekitar Rp 157 miliar terkait perkara tersebut.
"Telah dilakukan upaya penelusuran terhadap aliran uang hasil korupsi dan
telah berhasil diselamatkan dalam bentuk penyitaan dan pemblokiran terhadap 11
barang," kata Dirtipidkor Bareskrim Polri Brigjen Cahyono Wibowo dalam
keterangannya, Senin (13/6/2022).
"Berupa aset, properti, perkebunan, kendaraan dan uang tunai oleh penyidik
dibantu oleh Tim PPA (tim penelusuran dan pemulihan aset tipidkor Polri)
senilai Rp 157.526.802.000," sambung Cahyono.
Cahyono mengatakan, berkas perkara ini telah dilimpahkan tahap pertama ke
Kejaksaan Agung (Kejagung). Sementara untuk berkas perkara tindak pidana
pencucian uang (TPPU) masih dilakukan penyempurnaan.
"Berkas perkara penanganan TPK pembangunan menara dan pengadaan
infrastruktur GPON (gigabyte passive optic network) saat ini telah dilimpahkan
(tahap 1) kepada jaksa penuntut pada Kejaksaan Agung RI," tuturnya.
Sebelumnya, Bareskrim Polri menetapkan eks Direktur Utama (Dirut) PT Jakarta
Infrastruktur Propertindo (JIP) Ario Pramadhi dan Christman Desanto yang
merupakan VP Finance & IT PT JIP sebagai tersangka dugaan korupsi
pengadaan barang atau jasa pembangunan GPON oleh PT JIP pada 2017-2018.
Keduanya tidak ditahan Polri karena kooperatif.
"Kalau tidak tahan saya bilang dia masih kooperatif walaupun posisinya
tersangka, ya," kata Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri
Brigjen Djoko Purwanto dalam keterangannya, Rabu (8/12)
Djoko menerangkan, saat ini pihaknya tengah menangani dua perkara dalam kasus
PT JIP ini. Pertama, pembangunan menara telekomunikasi oleh PT JIP pada
2015-2018. Kedua, pengadaan barang/jasa pembangunan infrastruktur Gigabit
Passive Optical Network (GPON) oleh PT JIP pada 2017-2018.
Polri menyebut dugaan kerugian keuangan negara akibat kasus ini mencapai Rp 315
miliar. "Secara fix tentang kerugian kita masih memproses, dugaannya
sekitar Rp 315 miliar," kata Djoko.
Redaksi
Tidak ada komentar