Teropongtimeindonesia –
Surabaya- Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo bersama
jajarannya terus keliling meninjau proses pembelajaran tatap muka (PTM) di
sejumlah SMP di Kota Surabaya. Kali ini, rombongan ini meninjau PTM di SMPN 15
Surabaya, Kamis (9/9/2021).
Kebetulan, saat meninjau PTM di SMPN 15 Surabaya, pihak
koperasi sekolah sedang melakukan pengembalian biaya seragam yang terlanjur
dibeli orang tua siswa, yang berasal kalangan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR). Proses pengembalian biaya seragam itu sudah dilakukan sejak kemarin di
seluruh SMPN se-Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya Supomo
mengatakan, jumlah uang yang dikembalikan sesuai kwitansi pembelian. Begitu
pula barang yang sudah dibeli akan dikembalikan ke koperasi, sehingga
istilahnya adalah pembatalan pembelian peralatan sekolah.
“Kami telah melakukan pencocokan data dengan dinas
sosial (dinsos). Berapa siswa MBR di sekolah dan berapa yang sudah terlanjur
beli di koperasi. Bagi yang sudah beli, uangnya dikembalikan semua,” kata
Supomo saat ditemui di sela meninjau PTM dan proses pengembalian biaya seragam
di sekolah SMPN 15 Surabaya.
Menurutnya, pengembalian biaya pembelian seragam
sekolah ini sesuai dengan perintah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat meninjau
hari pertama PTM. Saat itu, ia sudah memerintahkan agar MBR yang terlanjur beli
seragam uangnya dikembalikan, karena Pemkot Surabaya akan membelikan seragam
itu secara gratis.
Pemberian seragam gratis bagi siswa MBR ini akan
dilaksanakan pada tahun ini. Syaratnya, MBR tersebut sudah masuk dalam data
base Dinsos Surabaya dan ada tenggat waktunya. Sebab, data MBR ini dinamis
setiap waktu bisa berubah dengan jumlah yang bertambah. Hingga saat ini, total
siswa dari kalangan MBR jumlahnya mencapai 112 ribu siswa. Terdiri dari 74 ribu
siswa jenjang SD dan 38 ribu siswa jenjang SMP. Mereka tersebar di sekolah
negeri dan swasta di Kota Pahlawan.
“Karena ini berkaitan dengan kebijakan anggaran,
nanti akan ada tenggat waktunya. Maksudnya, siswa MBR yang mendapat seragram
gratis berdasarkan hitungan cut off. Contohnya, yang menerima bantuan seragam
siswa MBR yang terdaftar sebelum bulan Agustus. Jika setelah Agustus ada data
MBR baru masuk, nanti akan dibicarakan lebih lanjut dan dicarikan solusinya,”
paparnya.
Saat ini, kata Supomo, siswa dibebaskan untuk
menggunakan seragam apa saja saat PTM. Bisa menggunakan seragam sekolah lama,
pakai batik atau baju lainnya. Yang penting bajunya rapi, sopan dan bersepatu.
“Saat saya meninjau PTM di SMPN 15, ada siswa yang
masih mengenakan seragam SD. Ada pula yang baju batik. Tidak masalah. Yang
penting rapi dan sopan. Dengan begitu bisa membangun semangat anak-anak untuk
belajar,” tandasnya.
Kepala SMPN 15 Surabaya, Shahibur Rachman menambahkan,
total siswa dari kalangan MBR di sekolahnya mencapai 400 siswa. Rinciannya,
untuk kelas 7 sebanyak 185 siswa dam kelas 8 sebanyak 186 siswa, sisanya kelas
9. Dari total ratusan siswa MBR itu, yang terlanjur membeli seragam ada 47
siswa. Mereka ada yang membeli semua keperluan seragam yang totalnya mencapai
Rp1 juta, ada pula yang hanya membeli atribut sekolah yang nilainya di bawah
Rp50 ribu.
“Dan yang pasti, kami tidak memaksa siswa untuk membeli
seragam di koperasi sekolah. Kami membebaskan. Cuma kami menginformasikan, jika
koperasi sekolah menyediakan perlengkapan sekolah yang bisa dibeli,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang wali murid bernam Erna
mengaku, sebenarnya sudah jauh-jauh hari dia menabung untuk keperluan membeli
seragam ini. Sehingga saat sekolah menginformasikan bahwa sekolah telah
menyediakan seragam sekolah, dirinya langsung membelinya.
“Sejak anak saya lulus SD dan diterima SMPN 15, saya
sudah menabung untuk membeli seragam. Karena selama pandemi tidak sekolah, uang
jajannya saya tabung. Sekarang ada PTM, saya beli seragam itu. Karena saya
ingin anaknya saat sekolah pakai seragam baru,” ujar Erna yang menyebut jumlah
uang yang dikembalikan sebanyak Rp 600 lebih, sama seperti saat waktu beli
seragam.
Karena uangnya dikembalikan, Erna berencana uangnya
akan dipergunakan untuk keperluan sekolah lainnya. Seperti membeli buku, LKS
atau peralatan tulis lainnya. “Saya bersyukur karena dikembalikan. Terima kasih
Pak Wali Kota. Terima kasih Dinas Pendidikan Surabaya. Uangnya nanti bisa
dipakai utk keperluan lain,” pungkas warga Setro, Surabaya ini.
Fitrie
Tidak ada komentar