Teropongtimeindonesia-Jakarta-Muhammad Saepulloh, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Windy Oktaviani mahasiswa jurusan Bidan STIK Budi Kemuliaan terpilih sebagai Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta Tahun 2022.
Tidak menyangka karena dari semua peserta
bagus-bagus dan Alhamdulillah saya terpilih
Keduanya berhasil menjadi pemenang setelah bersaing
dengan nominator lain perwakilan dari sembilan perguruan tinggi swasta di
Jakarta.
Saepulloh mengaku tidak menyangka dan merasa bangga
bisa terpilih menjadi
Duta Mahasiswa Anti-kekerasan DKI Jakarta yang pertama.
“Tidak menyangka karena dari semua peserta bagus-bagus
dan Alhamdulillah saya terpilih. Karena ini batch pertama, maka suatu
kehormatan dan kebanggaan bagi saya,” ujarnya, Rabu (20/7).
Sebagai seorang duta, Saepulloh berkomitmen akan
melakukan aksi nyata dalam rangka menekan dan mengatasi kasus kekerasan yang
terjadi, mulai dari pencegahan sampai pemulihan.
Penyebaran informasi melalui media sosial efektif
dinilai efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kekerasan.
Masyarakat dianggap harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian, jenis,
penyebab dan dampak kekerasan itu sendiri.
“Menurut saya media sosial merupakan platform yang
tepat untuk meningkatkan awareness. Karena media sosial itu ruang
diskursus publik dan banyak yang menggunakannya," tutur Saepulloh.
Sementara itu, Windy menyampaikan rasa bangga terpilih
sebagai Duta Anti Kekerasan yang pertama kalinya dihelat di tingkat provinsi.
Menurutnya, dirinya bersama Saepulloh bisa menjadi role model untuk
ke depannya.
“Ini agar provinsi lainnya bisa mengikuti dan
bersama-sama memiliki tanggung jawab untuk memutus rantai kekerasan,” ucapnya.
Windy menawarkan metode dokumentasi untuk memerangi
kekerasan. Selain itu, materi-materi yang didapat selama masa pembekalan atau
karantina akan disebarluaskan secara masif kepada masyarakat.
“Pastinya mengedukasi melalui media sosial agar lebih
menjaring masyarakat, dan meningkatkan kepedulian terhadap isu kekerasan.
Sehingga angka kasus bisa ditekan, bahkan dicegah,” ucapnya.
Ia menjelaskan, informasi tentang layanan Pos Sahabat
Perempuan dan Anak (SAPA) perlu dioptimalkan agar korban kekerasan dapat
melaporkan kejadian yang dialaminya. Hal ini agar bisa segera ditindaklanjuti
dengan mendapat pendampingan hingga perlindungan hukum.
“Harus ada informasi tentang Pos Sapa dengan
sosialisasi secara masif agar korban kekerasan bisa dengan mudah mengakses
layanan,” terangnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan
Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, Tuty Kusumawati menambahkan,
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang
menjadi sasaran utama Kegiatan Strategis Daerah Nomor 13 (KSD 13)
diselenggarakan dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan.
Salah satu rencana aksi dari KSD 13 tersebut melibatkan
dunia pendidikan melakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada civitas
akademika serta masyarakat sekitar kampus dalam bentuk ‘Pemilihan Duta
Mahasiswa Anti Kekerasan’.
Tuty menilai, anak muda harus mampu untuk terlibat
langsung terutama dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Apalagi generasi milenial sangat paham segala bentuk
teknologi yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi tentang pencegahan
kekerasan yang benar," sambungnya.
Menurut Tuty, peran dan tugas perguruan tinggi melalui
Duta Mahasiswa Anti Kekerasan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
membangun dan meningkatkan pemahaman tentang pencegahan kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
Hal ini juga akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan
perilaku mahasiswa dalam praktek kehidupan sehari-hari dan profesi yang akan
dijalani.
“Kami mengajak semua komponen, khususnya mahasiswa,
generasi muda untuk menjadi generasi yang bisa memutus mata rantai kekerasan
terhadap perempuan dan anak," tandasnya.
Perlu diketahui, rangkaian kegiatan pendukung yang
dilakukan sebelum puncak acara antara lain pembekalan untuk Penguatan
Kompetensi Duta Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta kepada calon Duta
Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta dengan melibatkan Unit PPA Polda Metro
Jaya, UPT P2TP2A, UNFPA Indonesia, Komnas Perempuan, ECPAT Indonesia serta
Speak Up Now dan pada 5, 8, dan 11 Juli 2022.
Peserta juga diselingi dengan penugasan mandiri dalam
bentuk pembuatan konten edukasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan
anak serta studi lapangan ke Kepulauan Seribu.
Pemenang Duta Mahasiswa Anti Kekerasan DKI Jakarta
(putra/putri) diberikan penghargaan berupa piala bergilir Gubernur DKI,
selempang, sertifikat dan hadiah lainnya, serta akan dilibatkan pada kegiatan
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dan anak pada skala
Provinsi DKI Jakarta.

Tidak ada komentar