| Almarhum Gito Rollies |
Semua orang, selama ada iman di hatinya, bahkan yang
belum iman tapi masih bernafas, punya kesempatan untuk bertransformasi dalam
hidupnya.
Transformasi atau pergerakan yang kita maksud boleh
saja dari posisi “salah” ke posisi “saleh”. Atau sebaliknya dari posisi “saleh”
ke posisi “salah”.
Karenanya di saat berada di posisi saleh, jangan
angkuh. Ketentuan itu akan jelas dan final di saat menghembuskan nafas
terakhir.
Dan di saat berada di posisi salah jangan putus asa.
Karena percayalah rahmah dan kasih Allah melampaui segalanya.
Islam mengajarkan seseorang melakukan kesalahan atau
kekhilafan disebut “khotho’” Allah menyikapinya dengan sifatNya yang ‘afuwwun”.
Ketika kesalahan itu berubah menjadi dosa yang disebut
“dzanbun” Allah menyikapinya dengan sifatNya yang “Ghafirun atau
Ghafuur”.
Tapi seseorang terjatuh dalam akumulasi dosa-dosa yang
banyak disebut (dzunuub) maka Allah menyikapinya dengan SifatNya yang
“Ghaffaar”.
Dan ketika dosa-dosa itu menumpuk begitu banyak dan
menjadi kegelapan (Zhulumaat) dikenal dengan “melampaui batas” atau
“israaf”, di saat itu Allah tampil dengan sifatNya yang paling esensi “Rahman,
Rahim”.
Allah menegaskan hal itu dalam firmanNya: “Katakan
wahai Hamba-hambaKu yang melampaui batas, jangan berputus asa dari kasih sayang
(rahmah) Allah. Sungguh Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”.
Karenanya kesempatan untuk bertransformasi (berubah)
dari “Kesalahan” (dosa-dosa) ke “kesalehan” (kebaikan-kebaikan) selalu terbuka
selama manusia masih bernafas. Dan ketika manusia telah tiada, tapi dalam
dadanya ada iman, harapan pengampunan itupun selalu ada.
Yang salah sesungguhnya adalah kebiasaan
menghakimi orang lain. Apalagi dengan perasaan paling suci. Itu adalah wilayah
Allah yang Ahkamul Hakimin….
Manhattan City, 16 Februari 2022
* Shamsi Ali Al-Kajangi
Tidak ada komentar