![]() |
Aksi Solidaritas Palestina di depan Kantor Pemerintah Kota Tangerang (Ahad, 20/04/25) |
Oleh Dodi Karnida
Ahad pagi, 19 April 2025 di depan panggung utama Aksi Pro Palestina yg berlokasi di depan kantor Pemerintahan/DPRD Kota Tangerang, di tengah-tengah ribuan hadirin, saya tidak sendirian meneteskan air mata ketika sama-sama menyanyikan lagu Atuna Tufuli (Atouna El Toufoule, Beri Kami Masa Kecil) yg liriknya sering saya dengar dari anak-anak kecil jamaah masjid dekat rumah saya.
Saya tidak hafal liriknya tetapi saya dapat mengikuti iramanya karena sering juga menonton ketika membuka medsos aksi Pro Palestina di berbagai kota besar di Eropa dan Benua Amerika serta Australia.
Ternyata penyanyi lagu tersebut ialah anak-anak perempuan muda belia yg saya yakini mereka WN Palestina (entah saat ini mereka masih hidup atau tidak) yg tidak semuanya beragama Islam.
Pro perjuangan Palestina memang tidak harus beragama Islam, cukup sebagai manusia yg memiliki rasa kemanusiaan yg tinggi karena perjuangan rakyat Palestina untuk melawan penjajah zionis Israel, dilakukan juga oleh warga Palestina non muslim.
Ingat pemimpin perjuangan zaman Yasser Arafat ? Istrinya (Suha) ialah seorang non muslim, demikian juga dengan George Habash (Abu Jibril) yg wafat tanggal 26 Januari 2008 dalam usia 82 tahun, ialah pejuang kemerdekaan Palestina penganut Kristen Orthodoks.
Berita terakhir terkait nasib warga non muslim di Palestina antara lain ada seorang pemimpin Gereja Lutheran Injili di Betlehem Palestina yg memperingatkan bahwa: "komunitas Kristen di Tepi Barat dan Jalur Gaza berada diambang kepunahan, seiring meningkatnya agresi militer Israel yang berlangsung tanpa henti".
“Untuk tahun kedua berturut-turut, kami merayakan Paskah dalam bayang-bayang genosida terhadap rakyat Gaza,” ungkap Isaac, seperti dilansir Anadolu, Selasa 22 April 2025.
Masih terkait hal yg sama, banyak umat Kristen berkumpul di Gereja Saint Porphyrius (Gereja Orthodoks) di Kota Gaza pada Minggu (20/4) untuk merayakan Paskah di tengah kebrutalan agresi Israel.
Para jemaat yang hadir mengatakan bahwa perayaan hanya dilakukan dengan ibadah, serupa dengan umat Muslim yang merayakan Idulfitri.
Atas kondisi terkini di Jalur Gaza khususnya setelah adanya gencatan senjata, hampir setiap hari terdapat aksi Pro Palestina yg dilakukan di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
Sabtu, 19/04, Emil Elistianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur menjadi orator aksi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya yg dihadiri ribuan orang.
Pada hari yg sama, Kota Semarang dipenuhi oleh ribuan peserta aksi dari Kendal, Surakarta, Demak hingga Pekalongan.
Ahad, 20/04, Aa Gym berorasi bersama ribuan orang di depan Gedung Sate (kantor gubernur) Bandung yg sebelumnya diawali dengan sholat Subuh berjamaah di lingkungan Majelisnya.
Bersamaan dengan aksi solidaritas Bandung, di depan Kedubes Amerika di Jakarta, beberapa peserta aksi di antara ribuan orang, dengan sengaja memasang tenda.
Selasa siang, 22 April 2025 bertempat di sekitar Patung Kuda Monas-Jakarta masih terdapat masa Aksi Solidaritas Palestina yg membawa poster, bendera Palestina dan menyediakan panggung orasi.
Dari aksi koalisi masyarakat tersebut, terungkap bahwa krisis kemanusiaan Palestina belum menemukan titik terang. Berkaca pada situasi terkini Palestina pada 17 April 2025, sebanyak lebih dari 51.000 warga sipil meninggal dan 116.432 terluka parah. Kondisi darurat pun diperburuk dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang dihancurkan, serta akses bantuan kemanusiaan (humanitarian aid) yang ditutup oleh otoritas Israel.
Demikian juga, aksi serupa dilakukan di berbagai negara bahkan di depan gedung kepresidenan Amerika yg masanya membawa bendera Palestina dan Amerika.
Sementara itu, atas rencana Presiden Prabowo mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia, Wakil Presiden periode 2019-2024 Ma'ruf Amin mengatakan hal itu bisa dilakukan sepanjang bisa menyelesaikan masalah.
"Saya kira yang penting itu bagaimana mengatasi kesulitan yang ada di Gaza dengan cara apapun," kata Ma'ruf usai halal bihalal di kediaman Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jakarta Selatan, Minggu (20/04/25).
Di tengah semangat masyarakat Indonesia dan dunia dalam aksi solidaritas pro Palestina tersebut, sikap pemerintah terkait rencana evakuasi tahap awal 1000 orang warga Gaza, masih tetap sama.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan pemerintah tak masalah ada negara (maksudnya negara-negara yg sudah sepakat) yang menolak rencana evakuasi warga Gaza dari negaranya.
Menurut dia, apabila ada negara yang tak setuju, bukan berarti rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia tidak dilanjutkan.
"Ya kan kalaupun ada yang menyatakan tidak setuju bukan berarti kemudian apa yang menjadi kehendak dari pemerintah Indonesia itu tidak kita lanjutkan kan?," kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 21 April 2025.
Dia menuturkan setiap negara memiliki pendapat masing-masing terkait rencana evakuasi warga Gaza. Prasetyo menekankan Presiden Prabowo Subianto tak gegabah dalam menyampaikan rencana evakuasi warga Gaza ke Indonesia.
"Tapi sekali lagi tentunya secara teknis itu kan tidak mudah. Maka dari itu beliau terus berkoordinasi, bahwa Kementerian Luar Negeri, Bapak Menlu terus berkoordinasi apabila memang ini diterima dan akan dilaksanakan supaya bisa dapat berjalan dengan sebaik-baik," jelas Prasetyo.
Yg dimaksud secara teknis tidak mudah sebagaimana disampaikan oleh Mensesneg itu, menurut persepsi saya antara lain adalah :
1. Ketersediaan yg terbatas aparat pemerintah Palestina untuk melakukan pergeseran, mobilisasi Warga Gaza (WG) ke suatu tempat guna dilakukan pendataan, verifikasi data/identitas, penerbitan paspor dan visa (izin untuk melakukan perjalanan menuju wilayah Indonesia). Kedua dokumen itu merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan izin mendarat, izin masuk ke dan izin tinggal di wilayah Indonesia;
2. Teknis pemulangan (repatriasi) ke Palestina setelah kegiatan selama evakuasi (perawatan, pemulihan kejiwaan) tuntas dilaksanakan.
Kita tentu saja tetap ingin terus tanpa putus mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaannya, mengusir penjajahnya.
Dukungan sudah lama kita lakukan dan semoga dapat ditingkatkan terus baik melalui upaya diplomasi, bantuan finansial, perawatan kesehatan maupun pendidikan dan lain-lain.
Pemerintah harus mendengarkan suara rakyat yg tetap bersemangat untuk selalu mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.
Namun karena kondisi dinamika masyarakat kita saat ini yg kurang baik seperti banyaknya PHK, maraknya kegiatan ormas yg harus dikendalikan secara serius dan kebijakan efisiensi anggaran, menurut hemat penulis maka pilihan yg tepat adalah tidak melakukan evakuasi WG ke Indonesia tetapi tetap melaksanakan misi kemanusiaan di wilayah Palestina.
Jika dilakukan evakuasi ke wilayah Indonesia, kemungkinan besar para WG itu tidak dapat kembali ke kampung halamannya sebagaimana ancaman dari Presiden Amerika sebagai pendukung utama penjajah Israel.
Presiden Donald Trump mencetuskan relokasi warga Gaza secara permanen dalam gagasan kontroversial terbarunya, sembari menyebut "masalah Gaza tidak pernah selesai".
Gagasan itu, seperti dilansir Politico dan Reuters, Rabu (5/2/2025), disampaikan pada hari yang sama ketika Trump secara mengejutkan mengatakan AS akan menguasai Gaza untuk jangka panjang, mengembangkan daerah itu secara ekonomi, setelah penduduk Gaza direlokasi ke tempat lainnya.
Dodi Karnida HA., Kadiv Imigrasi Kanwil Kemenkumham Sulsel Tahun 2020-2021.
Tidak ada komentar